BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai atau menemukan pristiwa pemanasan air atau yang sering kita lakukan yaitu memasak air. Dimana suhu awalnya berbeda dengan suhu pada saat dimasak, setelah pemanas atau kompor dimatikan maka perlahan-lahan air tersebut akan kembali kesuhu awalnya, dan pasti memerlukan waktu yang cukup lama. Pengertian dari termokimia adalah ilmu kimia yang merupakan bagian dari termodinamika yang mempelajari perubahan-perubahan panas yang mengikuti reaksi-reaksi kimia. Reaksi yang terjadi pada termokimia ada dua jenis reaksi yaitu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor dari lingkungan ke sistem. Jika kita melakukan reaksi kimia, ada dua kemungkinan, menghasilkan panas atau sebaliknya, membutuhkan panas. Hal ini bergantung pada system dan lingkungannya. Ada system tertutup dan ada system terbuka. Sistem dan lingkungan ini saling berinteraksi satu sama lainnya.
Pada saat kita membicarakan termokimia, maka kita akan mengenal entalpi. Perubahan entalpi adalah besarnya perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia pada tekanan tetap. Ada lima entalpi yaitu: entalpi pembentukkan, entalpi penguraian, entalpi pembakaran, entalpi netralisasi dan entalpi reaksi.Pada termokimia terdapat fenomena energi, yaitu hukum kekekalan energi yang yang berbunyi energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat juga dimusnahkan. Sehingga energi diseluruh alam semesta ini, akan tetap kekal akan tetapi yang mengalami perubahan hanya bentuknya saja.Banyak sekali penerapan termokimia pada kehidupan sehari-hari dan dilingkungan kita, maka praktikum bab termokimia ini sangat penting dilakukan oleh paramahasiswa agar dapat lebih memahami apa itu yang dimaksud dengan termokia. Baik memahami secara teori maupun secara praktek.
1.2 Tujuan
Mengukur kalor reaksi dengan alat yang sederhana.
Menghitung kalor pelarut secara langsung.
Mengumpulkan dan menganalisa data termokimia.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Termodinamika kimia dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan.Erat berkaitan dengan termodinamika kimia adalah termokimia, yang menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukkan larutan.Dua metode termokimia eksperimen yang paling biasa disebut kalorimetri pembakaran dan kalorimetri reaksi.Dalam metode pertama, suatu unsur atau senyawa dibakar, biasanya dalam oksigen, dan energi atau kalor yang dibebaskan dalam reaksi itu diukur. Kalorimetri reaksi merujuk pada perubahan reaksi sesuai apa saja secara reaksi pembakaran. Metode terakhir ini lebih umum digunakan dengan senyawa anorganik dan larutan-larutannya.Seperti direaksikan untuk senyawa organik, kalorimetri pembakaran mencakup pemutusan lengkap kerangka karbon, bila senyawaan itu terbakar dalam oksigen. Metode pembakaran mempunyai penerapan yang sesuai dengan senyawa organik yang kurang reaktif terhadap reagensia selain oksigen dan yang mengahasilkan lebih dari satu produk organik dengan regensia lain. kalorimetri reaksi dapat digunakan dengan senyawa yang mudah bereaksi dengan cukup cepat pada endapan sedang tanpa pertukaran produk samping yang tak diinginkan.Banyaknya kalor yang dibebaskan atau diserap diperoleh dengan menaruh suatu intesitas yang ditimbang dari pereaksi-pereaksi dalam wadah, membiarkan reaksi bergabung, dan kemudian mencatat perubahan temperatur dalam air disekitarnya. Dari beberapa bahan-bahan yang (e.g: reaksi, kalorimeter), perubahan temperaturnya, kapisitas panas mereka, maka banyaknya perubahan kalor selama reaksi dapat dihitung, (Keenan, 1984).
Untuk menganalisis perubahan energi yang berkaitan dengan reaksi kimia kita pertama-tama harus mendefinisikan sistem atau bagian tertentu dari alam yang menjadi perhatian kita. Untuk kimiawan, sistem biasanya menyangkut zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia dan fisika. Sisa alam diluar sistem disebut lingkungan.Terdapat tiga jenis sistem. Sistem terbuka (open system) dapat mempertukarkan massa dan energi (biasanya dalam bentuk kalor) dengan lingkungannya. Sebagai contoh, sistem terbuka dapat terdiri dari sejumlah airdalam wadah terbuka. Jika kita tutup botol tersebut sedemikian rupa sehngga tidak ada uap air yang dapat lepas dari atau mengembun ke wadah maka kita menciptakan sistem tertutup (closed system) yang memungkinkan perpindahan energi (kalor) tetapi bukan massanya. Dengan menempatkan air dalam wadah yang disekat seluruhnya, maka kita membuat sistem terisolasi (isolated system) yang tidak memungkinkan perpindahan massa maupun energi.
Pembakaran gas asetilena (C2H2) dalam oksigen adalah salah satu dari banyak reaksi kimia yang sudah dikenal yang melepaskan energi yang cukup besar.
2C2H2(g) + 5O2 (g) 4CO2(g) + 2H2O(l) + energi
Pada kasus ini kita menyebut campuran reaksi (asetilena, oksigen, karbon dioksida, dan air) sebagai sistem dan alam sisanya sebagai lingkungan. Karena energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan ( hukum termodinamika), setiap energi yang hilang dari sistem harus diterima oleh lingkungannya. Jadi kalor yang dihasilkan oleh proses pembakaran dipindahkan dari sistem ke lingkungannya. Setiap proses yang melepaskan kalor ( yaitu perpindahan energi termal ke lingkungan ) disebut proses eksotermik (exothermic process) ( ekso adalah awalan yang berarti keluar).Sekarang perhatikan reaksi lain, penguraian merkuri (II) oksida (HgO) pada suhu tinggi:
Energi + 2HgO(s) 2Hg(l) + O2(g)
Ini merupakan contoh proses endotermik (endothermic process) (endo adalah awalanyang berarti kedalam), dimana kalor harus disalurkan ke sistem.Kita dapat menyimpulkan bahwa dalam reaksi eksotermik energi total produk lebih kecil dari pada energi total reaktan. Perbedaan dalam energi tersebut adalah kalor yang disalurkan oleh sistem kelingkungan. Yang sebaliknya terjadi pada reaksi endotermik. Disini, perbedaan antara energi produk dan reaktan sama dengan kalor yang disalurkan ke sistem oleh lingkungan, (Chang, 2004).
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan energi), semuanya dalam bentuk kalor. Penting bagi kita untu memahami perbedaan antara energi termal dan kalor. Kalor (heat) adalah perpindahan energi termal antara dua benda yang suhunya berbeda. Kita sering mengatakn “aliran kalor” dari benda panas ke benda dingin. Walaupun kalor itu sendiri mengandung arti perpindahan energi, kita biasanya menyebut “kalor serap” atau “kalor dibebaskan” ketika menggambarkan perubahan energi yang terjadi selama proses tersebut. Ilmu yang mempelajari perubahan kalor yang mnyertai reaksi kimia disebut termokimia, (Chang, 2004).
Kapasitas kalor suatu zat bergantung pada kondisinya, misalnya sistem itu terpaksa mempunyai volume tetap dan tidak dapat melakukan kerja. Jenis apapun kalor yang diperlukan agar mengubah temperatur dT adalah dq V = Cv dT, dengan Cv sebagai kapasitas kalor pada volume tetap. Walaupun demikian, karena du = dqv dapat dituliskan dv = Cv dT pada volume tetap dan menyatakan Cv = du/dT dengan volume tetap. Jika suatu variabel atau lebih dijaga agar tetap selama perubahan variabel yang lain maka turunan disebut “turunan parsial” terhadap variabel yang berubah. Notasi d digantikan dengan dalam variabel yang dibuat tetap ditambahkan subskrip, (Atkins, 1994).
b. Kapasitas kalor pada tekanan tetap
Kalor yang diperlukan agar menghasilkan perubahan temperatur yang sama adalah dq D = Cp dT dengan Cp menyatakan kapasitas kalor pada tekanan tetap. Dalam hal ini, sistem mengubah volumenya sebagai energi yang diberikan sebagai kalor dapat ditambahkan ke lingkungan sebagai kerja dan tidak khusus digunakan untuk menaikkan temperatur sistem. Oleh karena itu, secara umum Cv berbeda dengan Cp karena dqp = dH, (Atkins, 1994)
B. Hukum Hess
Penerapan hukum pertama disebut hukum Hess : “Entalpi reaksi secara keseluruhan adalah jumlah entalpi reaksi dari reaksi-reaksi individual yang merupakan bagian dari suatu reaksi.” Suatu reaksi kimia yang diinginkan dapat ditulis sebagai rangkaian dari banyak reaksi kimia. Jika seseorang mengetahui panas reaksi dari masing-masing tahap di atas, maka panas reaksi yang diinginkan dapat dihitung dengan menambahkan atau mengurangi panas reaksi dari masing-masing tahap. Prinsip ini dimana panas reaksi ditambahkan atau dikurangi secara aljabar, disebut hukum Hess mengenai penjumlahan panas konstan, (Atkins, 1994).
Ada beberapa entalpi atau panas yang berkaitan dengan proses di dalam larutan. Definisi dari panas ini juga sebagai dasar pada perubahan entalpi ketika satu mol zat yang mengalami proses.
Entalpi larutan adalah perubahan entalpi yang menyertai pelarutan satu mol zat dalam jumlah tertentu pelarut. Harga entalpi ini berubah dengan perubahan jumlah pelarut, oleh karena itu kosentrasinya harus dikondisikan. Sebagai contoh :
HCl(g) + 100H2O(l) HCl(100H2O(l)) ∆H = – 166 kJ
Entalpi penetralan adalah perubahan entalpi ketika satu mol suatu asam atau basa yang beraksi dengan asam atau basa dengan jumlah yang ekuivalen untuk menghasilkan garam dan air. Asam kuat dan basa kuat, beraksi membentuk garam yang dapat larut dan terionisasi sempurna. Panas yang dilepaskan per mol dari pembentukkan air pada reaksi asam dan basa tersebut selalu sama. Dengan demikian untuk menuliskan reaksi penetralan biasa ditulis dalam bentuk reaksi pembentukkan dari ion-ionnya.
H+ (aq) + OH-(aq)H2O(l) ∆H = – 55,8 kJ
Ketika netralisasi yang melibatkan asam lemah atau basa lemah, perubahan energi akan melibatkan sumbangan dari disosiasi molekul.
Entalpi ionisasi adalah perubahan entalpi ketika satu mol dari suatu senyawa di dalam larutan terdisosiasi menjadi ion-ionnya. Misalnya :
CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+ (aq)
Perhitungan yang melibatkan panas raksi didasarkan pada tiga prinsip yang fundamental.
Jumlah panas yang dihasilkan adalah berbanding lurus terhadap jumlah material yang bereaksi.
Jumlh panas yang diperlukan oleh reaksi sebaliknya adalah sama dengan jumlah panas yang dilepaskan ketika reaksi sebelum dibalik (dengan tanda yang berlawanan). Karena entalpi adalah fungsi keadaan, maka total perubahan panas harus sama dengan nol dalam reaksi siklus.
Jika diberikan perubahan kimia yang melibatkan reaksi tersebut dijadikan satu tahap adalah sama dengan jumlah reaksi dari beberapa tahap. Peristiwa ini disebut dengan Hukum Hess (ditemukan oleh Hess tahun 1840). Karena entalpi merupakan fungsi keadaan, harga ∆H untuk perubahan tidak tergantung pada jalannya reaksi.
Manfaat dari ketiga prinsip ini adalah bahwa panas reaksi mungkin dapat diperhitungkan untuk reaksi yang sulit , berbahaya atau tidaknya untuk dilakukan di laboratorium.Kebanyakan reaksi kimia dikierjakn pada tekanan tetap, maka pada perhitungan ini hanya doiperhatikan entalpi reaksi DH.
Hukum Hess digunakan untuk menghitung reaksi yang tidak dapat dilakukan dengan eksperimen, misalnya reaksi :
C (s) + O2(g) CO(g)
C (s) + 2 H2 + O2 (g) CH3COOH (l)
Menurut Hess entalpi reaksi hanya bergantung pada keadaan awl dan akhir, tidak bergantung pada jalannya reaksi.
CO (s) + O2(g) CO2
∆H2
∆H1 ∆H3
C (s) + O2(g)
Berdasarkan arah panah :∆H3 = ∆H1 + ∆H2
Perubahan entalpi dipengaruhi oleh temperatur, kosentrasi atau keadaan sifat fisik dari raktan. Entalpi pembentukkan molar standar dari suatu zat adalah perubahan entalpi reaksi dimana satu mol zat tersebut dihasilkan dari unsur-unsurnya, dimana kondisi pengukuran produk dan reaktan dilakukan pada kondisi standar.Keadaan stanadar dari suatu zat adalah keadaan sifat fisik yaitu distabilkan pada tekanan 1 atm, ditandai dengan derajat superskrip (H°). Temperatur dikondisikan pada 298,15 K.Dimana jumlah, H adalah entalpi aktual dari zat dan n adalah jumlah mol zat. Untuk reaksi pembentukkan produk dan reaktan pada kondisi standar. Kita dapat menghitung harga entalpi relatif terhadap batasan referensi untuk setiap senyawanya. Referensi menetapkan bahwa entalpi unsur pada keadaan standar pada 298,15 K sama dengan nol. Persamaan menjadi :
∆H°f = H° (senyawa), (Rusman, 2009).
BAB III. METODOLOGI
3.1 AlatdanBahan
Alat yang digunakan : Bahan yang digunakan :
1. Kalorimeter 1. NaOH/ kapur
2. Gelas ukur 2. NH4OH
3. Termometer 3. Aquades
4. Pemanas Air/kompor
5. Stop watch
6. Batang pengaduk
7. Gelas piala
3.2 Cara Kerja
A. Menentukan Tetap Kalori
Mengambil 40 mL aquades dengan gelas ukur.
Menuangkan kedalam calorimeter.
Menutup kalorimeter yang sudah dilengkapi dengan thermometer dan alat pengaduk. Catat suhu (Td).
Mengambil lagi 40 mL aquades dengan gelas ukur.
Menuangkan kedalam gelas piala kering dan memanaskan sampai suhu 60- 70°C.
Mengukur suhu panas dengan tepat (Tp) dengan termometer.
Dengan hati-hati dan cepat, memindahkan cairan no 6 kedalam calorimeter (no 3) dan menutup kembali. Catat suhu setiap 30 detik sambil diaduk.
Suhu larutan akan mencapai suhu maksimum, lalu perlahan-lahan menurun. Bila mulai menurun catatlah suhu setiap 1 menit sampai tidak ada lagi perubahan suhu.
B. Menentukan ∆H
Untuk melakukan percobaan ini anda dapa tmenggunakan NaOH dan NH4NO3/urea.
Mengeringkan calorimeter.
Mengambil 35 mL aquades dengan gelas ukur dan memasukkan kedalam calorimeter,mengukur suhu dengan thermometer, catat (suhu awal).
Menimbang 5 gram NaOH/kapuratau NH4OH3/urea lalu memasukkan kedalam calorimeter sambil diaduk,catat perubahan suhu setiap 30 detik sampai tidak ada perubahan suhu lagi (suhu tertinggi atau terendah = suhu akhir).
Mengulangi percobaan ini dengan bahan yang lain.
Menghitung kalor pelarut untuk +- 5 gram dan untuk 1 molzat.
BAB IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
A. Penentuan Tetapan Kalorimeter
PENGAMATAN ULANGAN RATA-RATA
I II
Suhu aquades panas °C 65°C 60°C 62,5°C
Suhu aquades dingin °C 29°C 31°C 30°C
Suhu campuran °C 42°C 39°C 40,5°C
B. Pengamatan Pelarutan NaOH
Waktu (detik) Suhu (°C) Waktu (menit) Suhu (°C)
30 detik 43°C 3,5 menit 93°C
1 menit 50°C 4 menit 96°C
1,5 menit 55°C
2 menit 57°C
2,5 menit 61°C
3 menit 70°C
4.2 Perhitungan
Tetapan kalorimeter
C mp (Tp-Tm) = C mp (Tm-Td) + W (Tm-Td)
4,184 x 40 (62,5-40,5) = 4,184 x 40 (40,5-30) + W (40,5-30)
3681,92 = 1757,28 + 10,5 W
W= (3681,92-1757,28) : 10,5
W = 183,29
W= 183,3 J/goC
Pelarutan NaOH
Qlepas = - Qterima
m c (TNaOH-Tc) = - m c (Tc-Tair)+w (Tc-Tair)
Untuk 0,5 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(43-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-265 c = -21762,84
C = 82,12 J/g.oC
b. Untuk 1 menit
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(50-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-230 c = -21762,84
C = 94,62 J/g.oC
c. Untuk 1,5 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(55-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-205 c = -21762,84
C = 106,16 J/g.oC
d. Untuk 2 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(57-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-195 c = -21762,84
C = 111,6 J/g.oC
e. Untuk 2,5 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(61-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-175 c = -21762,84
C = 124,3 J/g.oC
f. Untuk 3 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(70-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-130 c = -21762,84
C = 167,4 J/g.oC
g. Untuk 3,5 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(93-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-15 c = -21762,84
C = 1450,8 J/g.oC
h. Untuk 4 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(96-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
- 0 c = -21762,84
= 0
Kalor larutan untuk 1 mol zat :
Mr NaOH = 44
∆H NaOH = Q NaOH x (Mr NaOH)/(gram NaOH)
= -21762,84 x 40/5
= (-21762,84)/8
∆H = -2720, 355 J
BAB V. PEMBAHASAN
Termokimia adalah bagian dari termodinamika yang mempelajari tentang perubahan-perubahan panas yang mengikuti suatu reaksi kimia. Termokimia merupakan cabang kimia yang berhubungan dengan hubungan timbal balik panas dengan reaksi kimia. Secara umum, termokimia ialah penerapan termodinamika untuk kimia yang merupakan sinonim dari termodinamika kimia.Tujuan termokimia adalah untuk mengukur kalor reaksi, menghitung kalor pelarut dan mengumpulkan dan menganalisa data termokimia. Dengan cara ini, termokimia digunakan untuk memperkirakan perubahan energi pada reaksi kimia, perubahan fase dan pembentukan larutan.
Langkah awal percobaan yakni kita akan menetukan ketetapan calorimeter. Mengambil air sebanyak 40 mL lalu menuangkan kedalam kaolrimeter. Mengambil lagi air sebanyak 40 mL kemudian dipanaskan menggunakan pemanas atau kompor, sampai suhu 60°-70°C.Campurkan air yang dipanaskan tersebut dengan air yang didalam kalorimeter catat berapa suhu campuran kedua cairan tersebut. Setelah mendapatkan suhu campuran, diaduk-aduk dan setiap 30 detik hitung berapa suhunya, lakukan perhitungan ini sampai suhu campuran ini konstan atau tidak mengalami penurunan suhu lagi.
Pada praktikum penentuan ketetapan calorimeter yang dilakukan dua kali pengulangan dan didapatkan hasil. Untuk percobaan pertama suhu awal aquades 29° C suhu setelah di panaskan menggunakan kompor atau pemanas naik menjadi 65° C. Suhu campuran ketika kedua cairan tersebut disatukan dengan suhu yang berbeda ternyata terjadi perubahan suhu sebesar 42° C. Suhu awal air mengalami peningkatan dari suhu rendah menjadi suhu tinggi, sedangkan suhu aquades mengalami penurunan dari suhu 65° menjadi 42°. Ini menandakan bahwa zat cair tersebut mengalami kalor yang mana kalor itu adalah perpindahan suhu sebagai akibat dari perbedaan suhu, sehingga membuat suhu awala quads meningkat sebagai akibat dari menerima panas dari kalor aquades yang dipanaskan begitu pula sebaliknya suhu aquades mengalami penurunan sebagai akibat dari suhu aquades lebih rendah dari suhu yang dipanaskan. Ternyata kedua zat cair yang mempunyai suhu yang berbeda apa bila dicampurkan menjadi satu maka zat cair tersebut akan mengalami persamaan sahu yang satu zat mengalami peningkatan sedangkan yang satu zat lagi mengalami penurunan suhu.
BAB VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kalor reaksi dapat diukur dengan menggunkan alat yang sederhana yakni kalorimeter denganr umus sebgai berikut :
Q lepas = Q terima
m1.c1(t1-ta) = m2.c2(ta-t2)
Untuk mengukur kalor pelarut kita dapat menggunakan rumus sebagai berikut
Q x + Q air = 0
Q x = - Qair
Q x = -(m aquades x C aquades x ∆t) + (W x ∆t)
Sehingga untuk pelarut 1 mol :
∆H x = Qx x mr/gram
Setelah data percobaan dianalisa ternyata untuk hasil tetapan kalorimeter suhu air pada saat dicampur suhu campuran tersebut akan menurun, sedangkan untuk pengamatan NaOH ini suhunya mengalami penaikan mengapa demikian karena NaOH ini bersifat panas sehingga suhunya akan meningkat. Untuk data tetapan kalorimeter didapatkan data rata-rat : 62,5°C, 30°C, 40,5°C. Sedangkan untuk pengamatan larutan NaOH didapatkan data 43°C, 50°C, 55°C, 57°C, 61°C, 70°C,93°C, 96°C.
Dari analisa data tersebut, didapatkan hasil :
W = 183,3 J/goC, QNaOH = -21762,84 J/goC, dan ∆HNaOH = -2720,355 J.
6.2 Saran
Kepada seluruh praktikan hendaknya melakukan praktikum dengan tertib agar mendapatkan hasil yang benar dan tepat.
Kepada praktikan agar berhati-hati dalam memasukan atau mencampurkan suatu zat usahakan jangan sampai ada yang mengenai kulit karena suhu zat cair yang kita panaskan dapat menyebabkan kulit kita sakit.
Sebaikya praktikan datang pada tepat waktu agar dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
BAB VII. JAWABAN DAN PERTANYAAN
Untuk melarutkan NaOH dalam prosedur kerja menentukan ∆H jika seandainya kalor yang diterima calorimeter adalah nol?
Apa pengaruh terhadap ∆H pelarut, bila aquadses diganti dengan pelarut lain seperti HCL?
Simpulkan harga ∆H pelarut NaOH bila jumlah NaOH ditambah atau dikurangi dari 5 gram?
Diketahui : m aquades = 40 gram, C aquades =4,184 J/g.0C, ∆t = (930C-240C = 690C),
W = 183,3 J/g.0C, gram NaOH = 5 gram dan Mr NaOH = 40 g/mol
Q kalorimeter = 0 → Q NaOH+ Qaquades= 0
Q NaOH = - ( maquades x Caquades x ∆t ) + ( W x ∆t )
= - ( 40 gram x ( 4,184 J/g.0C x 690C ) + (183,3 J/g.0C x 690C)
= - 11547,84 + 12627
= 1079,16joule
∆HNaOH =QNaOH x (Mr NaOH)/(gram NaOH)
= 1079,16 joule x (40 )/(5 )
= 8633,28 J.
Apabila aquades diganti dengan pelarut yang lain, maka akan terjadi perubahan terhadap nilai∆H, misalnya apabila diganti dengan HCl, maka pada termometer tidak akan terjadi penurunansuhu, karena massa jenis HCl lebih besar dan merupakan larutan yang dan akan diperlukan waktu yang relative lebih lama untuk mencapai perubahan / penurunan suhu, sehingga akan menyebabakan nilai ∆H akan semakin kecil.
Misal ditambah 1 gram
∆HNaOH =QNaOH x (Mr NaOH)/(gram NaOH)
= 1079,16 joule x (40 )/(5+1 )
= 7194,4 J.
Misal dikurangi 1 gram
∆HNaOH =QNaOH x (Mr NaOH)/(gram NaOH)
= 1079,16 joule x (40 )/(5-1)
= 10791,6 J.
Jadi, apabila jumlah pelarut NaOH ditambah maka∆H pelarutan NaOh akan semakin kecil, dan berlaku sebaliknya, apabila jumlah pelarut NaOH dikurangi maka ∆H pelarutan NaOH akan menjadi semakin besar. Hal ini disebabakan bahwa ∆H pelarutan berbanding terbalik dengan massa pelarutnya.
BAB VIII. DAFTAR PUSTAKA
Atkins, PW. 1994. Kimia Fisik II. Jakarta: Erlangga.
Chang, R. 1995. Chemistry. USA : Random House.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
http://hikma.polban.wordpress.com/kimia-anorganik/bab-termokimia.html.m=1
Keenan, A.Pujaatmaja, Hadyana. 1992.Kimia Untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Rusman. 2009. Kimia Fisika. Banda Aceh : Syiah Kuala University Press.
kumpulan tugas laporan kimia dasar 1
Jumat, 17 Januari 2014
laporan kimia
BAB
I. PENDAHULUAN
I.1
Latar belakang
Pengenalan alat-alat
laboratorium sangat penting dilakukan sebelum praktikan melakukan praktikum
yang banyak berhubungan dengan alat-alat laboratorium. Di dalam laboratorium
terdapat begitu banyak alat, yang mana paraktikan harus mengetahui nama dan
fungsi alat tersebut, agar praktikan dapat menggunakan alat tersebut dengan
baik dan benar, untuk menghidari keslahan-kesalahan dalam melakukan praktikum. Selain
itu juga praktikan harus mengetahui cara menggunakan alat-alat laboratorium
dengan langkah-langkah atau prosedur yang tapat dan berurutan agar mendapatkan
hasil praktikum yang tepat dan benar.
Praktikan
juga harus mengetahui dari mana asal alat tersebut dibuat dengan menggunakan
bahan apa, serta bagaimana persyaratan alat tersebut bisa digunakan. Terkadang
kita acuh atau tidak mau tau alat itu terbuat dari bahan apa sehingga kita
menggunakannya dengan cara sembrono atau dengan cara yang kasar sehingga dapat
menyebabkan alat-alat laboratorium rusak. Contoh gelas piala yakni berfungsi
untuk membuat larutan, mencampur larutan, menyimpan larutan, yang mana alat ini
terbuat dari bahan kaca. Jika kita menggunakannya dengan cara sembrono atau
sembarangan alat ini akan rusak ataupun bisa sampai alat ini menjadi pecah,
jika sudah pecah alat ini tidak bisa untuk diperbaiki seperti sebelumnya.Contoh
yang kedua yakni timbangan analitik yang fungsi dari alat ini yaitu untuk
mengukur atau menimbang suatu zat dengan ketelitian yang sangat tinggi. Alat
ini terbuat dari peralatan non gelas sehingga alat ini tidak mudah pecah
walaupun terjatuh tapi kemungkinan akan berpengaruh pada ketelitiannya
menimnbang akan berkurang tentu saja hal ini akan menyebabkan hasil penelitian
penimbangan kita tidak lagi tepat atau teliti.
Setelah
pengenalan alat-alat laboratorium, praktikan juga bisa mengenala bahan kimia di
loboratorium.bahan kimia di dalam loboratorium sangat banyak, juga bahan
kimia ini dapat menyebabkan resiko yang
serius, untuk menghindari masalah-masalah dari bahan kimia hendaknya kita harus
berhati-hati. Lambang bahaya akan bahan kimia kita juga harus mengetahuinya
juga agar tidak terjadi kecelakaan dalam kerja praktikum. Biasanya
lambing-lambang bahan kimia ini terdapat pada label wadah zat tersebut
Maka
dari itu dapat disimpulkan bahwa pengenalan alat-alat loboratotium ini sangat
penting di lakukan oleh prktikan untuk dapat menggunakan alat dengan tepat
serta menghindari resiko dari kesalahan dalam praktikum, dengan meminimalisir
kesalahan tentunya juga membatu kita untuk mendapatkan hasil praktikum yang
tidak mengecewakan.
1.2
Tujuan Percobaan
Dalam
praktikum pengenalan alat-alat laboratorium ini mempunyai tujuan diantaranya
adalah:
1.
Mahasiswa mengetahui nama dan fungsi
alat-alat laboratorium
2.
Mahasiswa mengetahui jenis, sifat dan
fungsi zat kimia
3.
Mahasiswa mengetahui cara penggunaan
beberapa alat-alat laboratorium
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Praktikum
di laboratorium merupakan sarana yang efektif untuk melatih dan mengembangkan
aspek kongrutif dan psikomotorik mahasiswa, serta wajib bekerja sama antar
mahasiswa. Melalui praktikum di laboratorium sangat membantu mahasiswa dalam
memahami teori yang diperoleh dalam perkuliahan.Laboratorium merupakan tempat
yang memiliki bermacam-macam alat yang digunakan untuk penelitian, dari yang
sederhana sampai kepada alat yang cukup besar. Alat-alat di laboratorium ada
yang terbuat dari kaca, plastik, karet, kuarsa,platina, logam, dan lain-lain.
Alat tersebut ada yang berfungsi sebagai wadah, alat bantu, dan lain-lain.Dalam
praktikum di laboratorium, kebersihan adalah salah satu hal yang penting.Dimana,
data yang dihasilkan menjadi tidak akurat, jika percobaan dilakukan di tempat
yang terkontaminasi.Selain itu, dalam hal kerapian juga hendaknya mencakup
pemeliharaan perabot-perabot laboratorium, (Novia Eka Saputri, 2012).
Eksperimen
dan praktek laboratorium merupakan bagian dari pengajaran sains ini.Bekerja di
laboratorium sains adalah suatu hal yang melibatkan benda nyata dan juga
mengamati perubahan yang diamati.Ketika sains bergerak melampaui dunia
pengalaman menuju generalisasi yang lebih abstrak yang memungkinkan penjelasan
dan peramalan, pengalaman secara dekat adalah titik awal untuk generalisasi
ilmiah dan pembuatan teori.Sehingga praktik laboratorium dan eksperimen
merupakan bagian yang esensial dalam pengajaran sains sebagai produk ini,
(Wahyudi, 2011).
Metode
ilmiah lebih dari hanya sekedar pernyataan resmi dan langkah-langkah yang
selalu kita lakukan untuk memecahkan masalah secara logis.Perhatikan misalnya,
bagaimana montir mobil berusaha memperbaiki mobil yang tidak mau hidup mesinnya
bila distater. Mula-mula, penyebab yang jelas dari masalah ini akan dilokalisir
dengan cara mengamati hasil dari satu atau beberapa percobaan. Selanjutnya
bagian/alat yang diperkirakan penyebabnya diganti atau dibetulkan dan kemudian
di coba lagi menghidupkan mesin mobil tersebut.Bila montir tersebut tepat
memperkirakan penyebab masalah tersebut, mka perkerjaan ini selesai.Jika tidak,
maka dilakukan percobaan lainnya, kemudian mengganti dan membetulkannya lagi
sampai akhirnya mobil tersebut dapat berjalan kembali, (Braddy, 1995: 2).
Analisis
tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih.Alat kaca yang bisa
dimasuki sikat seperti beker dan erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan
sabun, deterjen sintetik atau pembersih sintetik lainnya.Pipet, buret, tabung
reaksi atau labu volumetrik mungkin memerlukan deterjen panas untuk bisa
benar-benar bersih dan hilang atau hilang semua bekas kotoran yang
menempel.Jika permukaan kaca belum membuang airnya secara keseluruhan, perlu
digunakan larutan pembersih yang sifat oksidasinya kuat sehingga dapat
memastikan kebersihan kaca secara keseluruhan. Setelah dibersihkan, alat itu
dibilas dengan air kran, kemudian dengan sedikit air suling dan biarkan
mengering sendiri tanpa di lap, (Underwood, 1991: 578).
Dalam
praktikum analis yang baik biasanya cermat dalam hal kerapian.Kerapian
hendaknya mencakup juga pemeliharaan perabot-perabot laboratorium yang permanen
seperti oven, lemari asam dan bak meja.Bahkan korosif yang tumpah harus segera
dibersihkan dari peralatan, bangku ataupun lantai.Penting bahwa saluran
pembuangan di sterilkan dengan mengguyur asam dan basa dengan banyak air, (Underwood,
1991: 1).
Maksud
penyaringan adalah untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan kelebihan
reagensia.Umumnya digunakan kertas saring yang tekstur kehalusannya sedang.Tepi
kertas saring hendaknya 1 cm dari bagian tepi atas corong, (Vogel, 1994: 72).
Pengajaran
metode sains melalui metode praktik laboratorium dapat berperan sebagai :
1.
Untuk memberikan realitas yang lebih nyata dan tiga dimensi daripada sekedar penjelasantertulis.
2.
Persamaan matematik atau diagram seperti yang ada di buku teks
3.
Untuk memberkan bayangan realitas yang memang butuh penjelasan untuk melath
penggunaan alat-alat laboratorium beserta teknik-teknik penggunaannya.
4.
Untuk menguji atau mengkonfirmasi perkiraan-perkiraan teori-teori ilmiah.
Oleh
karena itu pengajaran sains buku teks memerlukan berbagai pendekatan praktek
yang beragam dan cocok dalam pemakaian metode praktek laboratorium. Karena
sebelum memulai melakukan praktik di laboratorium, praktikan harus mengenal dan
memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam
laboratorium kimia serta menerapkan dilaboratorium. Berikut ini diuraikan
beberapa peralatan yang akan digunakan dalam praktikum, (Laboratorium Kimia SMA
YPPI, 2011).
1.Labu Takar
Digunakan
untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses reparasi larutan.
Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.
2. Gelas Ukur
Digunakan
untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair.Alat ini mempunyai skala,
tersedia bermacam-macam ukuran.Tidak boleh digunakan untuk mengukur
larutan/pelarut dalam kondisi panas.Perhatikan miniskus pada saat pembacaan
skala.
3. Gelas Beker
Alat
ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukupbesar).Digunakan
untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia.Untuk
menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
4.Pengaduk Gelas
Digunakan
untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan reaksi
kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir cairan
dalam proses penyaringan.
5. Botol Pencuci
Bahan
terbuat dari plastik.Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk
mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.
6. Corong
Biasanya
terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik. Digunakan untuk
menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit,
seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
7. Erlenmeyer
Alat
ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut (ralat
cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang
boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan.
8. Tabung Reaksi
Terbuat
dari gelas.Dapat dipanaskan.Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia dalam
jumlah sedikit.
9. Rak Untuk tempat
Tabung Reaksi
Rak
terbuat dari kayu atau logam.Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.
Terbuat
dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas dengan
alat pemanas/kompor listrik.
11. Penjepit
Penjepit
logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk
membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisipanas.
12. Spatula
Terbuat
dari bahan logam dan digunakan untuk alat bantu mengambil bahan padat atau
kristal.
13. Kertas Lakmus
Merupakan
indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah dan biru.
Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Fenolftalein (PP),
Metil Jingga (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau mengetahui
tingkat keasaman (pH) larutan.
14. Gelas Arloji
Terbuat
dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.
15. Cawan Porselein
Alat
ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan.
16. Pipet Tetes
Digunakan
untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil.
17. Sikat
Sikat
dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.
18. Pipet Ukur
Adalah
alat yang terbuat dari gelas.Pipet ini memiliki skala.Digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot
larutan, jangan dihisap dengan mulut.
19. Pipet Gondok
Pipet
digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang
tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet.
Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan.
20. Buret
Terbuat
dari gelas.Digunakan untuk melakukan titrasi.Zat yang digunakan untuk menitrasi
(titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui
kran.Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.
BAB
III. METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperkenalkan :
1. Gelas piala 20.
Rak tabung reaksi
2. Erlemeyer 21.
Penjepit tabung reaksi
3. Labu ukur 22.
Statif dan klem
4. Petridish 23.
Sikat tabung reaksi
5. Gelas ukur 24.
Segitiga
6. Kaca arloji 25.
Bola hisap
7. Tabung reaksi 26. Lampu sepritus
8. Cawan penguap 27.
Bunsen
9. Mortal 28. Kaki tiga
10. Krush 29. Botol semprot
11. Pipet tetes 30.
Kawat kasa
12. Pipet volume 31. Klem utilitas
13. Pipet gondok 32. Oven
14. Batang pengaduk 33.
Tanur
15. Sudip 34. Hot plate
16. Corong pisah 35. Timbangan analitis
17. Desikator
18. Buret dan Corong
3.2 Cara Kerja
·
Menyiapakan
alat tulis, untuk mencatat fungsi dari alat-alat laboratorium
·
Memperhatiakn
asisten dosen yang menjelaskan berbagai jenis alat-alat laboratorium
·
Mengetahui
fungsi dari alat-alat tersebut
BAB IV. HASIL PENGAMATAN
4.1
Hasil Pengamatan
No
|
Nama dan
Gambar Alat
|
Fungsi
|
1.
|
Gelas
Piala
|
Membuat
larutan, mencampur larutan dan menyimpan larutan dalam catatan tidak untuk
selamanya hanya bersifat sementara.
|
2.
|
Erlemeyer
|
Terdapat
beberapa jenis volume yakni 250 ml, 500 ml, dan 1 liter. Mengukur larutan,
sebagai tempat untuk mereaksikan larutan, dan sebagai tempat menyimpan
larutan.
|
3.
|
Labu
Ukur
|
Terdapat
beberapa jenis labu ukur yakni 250 ml, 500 ml dan 1 liter. Membuat larutan,
dan menyimpan larutan bisa juga menyimpan secara permanen.
|
4.
|
Petridish
|
Untuk
menyimpan bahan
Sebagai
tempat pertumbuhan mikroba
|
5.
|
Gelas
Ukur
|
Untuk
mengukur volume larutan
|
6.
|
Kaca
Arloji
|
Wadah
untuk menimbang zat kimia pada timbangan analitik
|
7.
|
Tabung
Reaksi
|
Untuk
mereaksikan dua zat dalam jumlah yang sedikit
|
8.
|
Cawan
Penguap
|
Sebagai
media untuk mengerikan suatu bahan dalam oven dan desikator
|
9.
|
Mortal
|
Sebagai
penghancur, untuk menghaluskan zat padat atau kristal
|
10.
|
Krush
|
Sebagai
wadah untuk menggabungkan suatu zat
Terbuat
dari porslen dan bersifat iner
Untuk
memeanaskan logam
|
11.
|
Pipet
Tetes
|
Untuk
mengambil zat dalam volume kecil
|
12.
|
Pipet
Volume
|
Untuk
mengambil zat atau larutan dalam ukuran tertentu dengan maksimal bervolume 5
ml
|
13.
|
Pipet
Gondok
|
Volume
25 ml
Untuk
mengukur volume dengan ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pipit
volume
|
14.
|
Batang
Pengaduk
|
Untuk
mengaduk campuran atau larutan
|
15.
|
Sudip
|
Untuk
mengambil bahan kimia dalam bentuk padat misalkan garam
Untuk
mengambil zat-zat yang tidak bereaksi dengan logam, untuk zat yang bereaksi
dengan logam menggunakan spatula plastik
|
16.
|
Corong
Pisah
|
Untuk
memisahkan dua larutan yang tidak bercampur karena adanya perbedaan massa
jenis
Biasa
digunakan pada proses ekstraksi
|
17.
|
Desikator
|
Yang
dibawah adalah slikagel
Menyimpan
bahan yang harus bebas dari air dan untuk membersihkan atau mengeringkan
zat-zat dari air
|
18.
|
Buret
|
Untuk
alat titrasi dan mengukur titrasi yang keluar
Untuk
mengukur volume titran yang digunakan pada proses titrasi
|
19.
|
Corong
|
Untuk
memindahkan zat
Untuk
wadah penyaringn
|
20.
|
Rak
Tabung Reaksi
|
Wadah
untuk tabung reaksi
|
21.
|
Penjepit
Tabung Reaksi
|
Untuk
menjepit dan menyangkutkan tabung reaksi dalam keadaan panas
|
22.
|
Statf
dan Klaim
|
Tempat
menjepit dan mendirikan buret dalam proses titrasi
|
23.
|
Sikat
Tabung Reaksi
|
Untuk
membersihkan bagian dalam tabung reaksi
|
24.
|
Segitiga
|
Untuk
menahan gelas piala dengan tungku
|
25.
|
Bola
Hisap
|
Penghisap
larutan pada pipet volume
|
26.
|
Lampu
Sepritus
|
Sebagai
pemanas dengan menggunakan spritus
|
27.
|
Bunsen
|
Hampir
sama dengan lampu sepritus
Bisa
digunakan untuk sterilisasi dalam suatu proses
|
28.
|
Kaki
Tiga
|
Sebagai
tungku menahan segi tiga atau kawat kasa
|
29.
|
Botol
Semprot
|
Sebagai
wadah aquades
Sebagai
pemindah aquades pada suatu wadah
|
30.
|
Kawat
Kasa
|
Untuk
menahan gelas piala pada tungku
|
31.
|
Klem
Utilitas
|
Sebagai
penjepit gelas seperti gelas erlemeyer, gelas kimia dll.
|
32.
|
Oven
|
Untuk
memanaskan zat dengan suhu o drajat samapai dengan 100 drajat
Mengeringkan
bahan yang dalam keadaan basa
|
33.
|
Tanur
|
Untuk
menentukan kadar abu dan memiliki ketebalan pintu yang tebal dengan suhu 100
drajat sampai dengan 500 drajat selsius
|
34.
|
Hot
Plate
|
Sebagai
pemanas zat ataupun larutan
|
35.
|
Timbangan
Analitis
|
Untuk
mengukur atau menimbang suatu zat dengan ketelitian yang sangat tinggi
|
BAB
V. PEMBAHASAN
Adapun hasil
dari pengamatan praktikum pada tanggal 24-10-2013 adalah dari pengenalan
alat-alat laboratorium praktikan dapat menggunakan alat laboratorium dengan
prosedur yang sistematis serta mengetahui apa saja fungsi dari alat-alat
tersebut. Dari praktikum ini sudah sangat banyal alat-alat yang sudah
dikenalkan mungkin lebih banyak lagi alat-alat praktikum yang dapat kita
ketahui.
Didalam
laboratorium ada dua jenis peralatan yakni peralatan yang terbuat dari gelas
dan peralatan yang terbuat dari nongelas.Kedua jenis ini memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.Hampir semua peralatan eksperimen dengan bahan
kimia dilakukan dengan menggunakan peralatan gelas.Gelas memiliki banyak
keuntungan dalam eksperimen kimia.Gelas tidak hanya bersifat non reaktif tetapi
dapat menyajikan pengamatan visual selama reaksi berlangsung.Tetapi gelas dapat
dengan mudah mengalami pecah hal ini tentunya dapat menyebabkan kecelakaan
dalam praktikum baik itu luka terpotong maupun luka goresan. Peralatan
nongelas, selain peralatan terbuat dari gelas ada juga namanya peralatan non
gelas alat-alat tersebut antara lain :
1.Tanur
2. Oven
3. Hot Plate
4. Timbangan analitis
dan masi banyak lagi yang lainnya.
Keselamatan kerja dalam laboratorium jug sangat penting.
Jumlahnya yang begitu banyak mengharuskan kita untuk berhati-hati akan bahan
kimia yang ada di laboratorium. Adapun lambing-lambang bahaya kimia adalah
sebagai berikut :
Lambang E : Bahan kimia dapat meledak
Lambang F : Bahan kimia mudah terbakar
Lambang O : Bahan kimia bersifat pengoksidasi
Lambang T : Bahan kimia bersifat racun
BAB
VI. PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Ada
banyak nama alat-alat laboratorium diantaranya : gelas ukur, pipet volume,
pipet ukur, labu ukur buret dan masi banyak lagi yang lainnya. Setiap alat laboratorium
mempunyai fungsinya masing-masing diantara nya gelas ukur berfungsi untuk
mengukur volume larutan, buret berfungsi untuk mengambil atau mengukur larutan
dengan volume tertentu. Jenis alat-alat laboratorium yakni ada dua yang pertama
peralatan gelas dan peralatan non gelas.Cara menggunakan neraca yang pertama
kita harus mempersiapkan peralatannya, memeriksa terlebih dahulu neraca
tersebut, setelah itu berulah kita memulai menimbang massa suatu zat atau
benda.
6.2
Saran
1. Antara
praktiakan dank ko-ass hendak saling dapat berdiskusi tentang apa yang sedang
di praktikumkan.
2. Saya
harap semua praktikan dapat mengikuti praktikum dengan serius baik dan benar.
3. Sebaiknya
praktikan tidak ada yang terlambat.
BAB
VII. JAWABAN dan PERTANYAAN
1.
Berikan beberapa contoh apa saja
alat-alat laboratorium yang terbuat dari bahan gelas?
Jawab
:
(Gelas piala, erlemeyer, labu ukur,
gelas ukur, tabung reaksi, kaca arloji)
2.
Berikan beberapa contoh apa saja
alat-alat laboratorium yang terbuat dari bahan non gelas?
Jawab
:
(Timbangan analitis, oven, kawat
kasa, tanur, hot plate dan klem utilitas)
3.
Apa fungsi dari alat Tanur?
Jawab
:
(Untuk menentukan kadar abu, dan
memiliki suhu yang sangat panas sampai 500°)
4.
Apa fungsi dari alat desikator?
Jawab:
(Menyimpan bahan yang harus bebas dari
air, dan untuk membersihkan atau mengeringkan zat dari air)
BAB
VII. DAFRAR PUSTAKA
http://braddy.blogspot.com/1995/alat-alat
laboratorium
http://id.wikipedia.org/wiki/alat-alat
laboratorium
http://Novia Eka
Saputri.wordpress.com/2012/fungsi alat-alat laboratorium
http://Underwood.blogspot.com/1991/1/pengenalan
alat-alat laboratorium
http://Vogel.blogspot.com/1994/72/alat
laboratorium
http://Wahyudi.blogspot.com/2011/alat-alat
laboratorium
Silsia devi dkk. 2013.
Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Bengkulu : Universitas Bengkulu
Langganan:
Postingan (Atom)