Jumat, 17 Januari 2014

laporan kimia bab termokimia

BAB I. PENDAHULUAN


1.1 LatarBelakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai atau menemukan pristiwa pemanasan air atau yang sering kita lakukan yaitu memasak air. Dimana suhu awalnya berbeda dengan suhu pada saat dimasak, setelah pemanas atau kompor dimatikan maka perlahan-lahan air tersebut akan kembali kesuhu awalnya, dan pasti memerlukan waktu yang cukup lama. Pengertian dari termokimia adalah ilmu kimia yang merupakan bagian dari termodinamika yang mempelajari perubahan-perubahan panas yang mengikuti reaksi-reaksi kimia. Reaksi yang terjadi pada termokimia ada dua jenis reaksi yaitu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor dari lingkungan ke sistem. Jika kita melakukan reaksi kimia, ada dua kemungkinan, menghasilkan panas atau sebaliknya, membutuhkan panas. Hal ini bergantung pada system dan lingkungannya. Ada system tertutup dan ada system terbuka. Sistem dan lingkungan ini saling berinteraksi satu sama lainnya.
Pada saat kita membicarakan termokimia, maka kita akan mengenal entalpi. Perubahan entalpi adalah besarnya perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia pada tekanan tetap. Ada lima entalpi yaitu: entalpi pembentukkan, entalpi penguraian, entalpi pembakaran, entalpi netralisasi dan entalpi reaksi.Pada termokimia terdapat fenomena energi, yaitu hukum kekekalan energi yang yang berbunyi energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat juga dimusnahkan. Sehingga energi diseluruh alam semesta ini, akan tetap kekal akan tetapi yang mengalami perubahan hanya bentuknya saja.Banyak sekali penerapan termokimia pada kehidupan sehari-hari dan dilingkungan kita, maka praktikum bab termokimia ini sangat penting dilakukan oleh paramahasiswa agar dapat lebih memahami apa itu yang dimaksud dengan termokia. Baik memahami secara teori maupun secara praktek.

1.2 Tujuan
Mengukur kalor reaksi dengan alat yang sederhana.
Menghitung kalor pelarut secara langsung.
Mengumpulkan dan menganalisa data termokimia.














BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Termodinamika kimia dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan.Erat berkaitan dengan termodinamika kimia adalah termokimia, yang menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukkan larutan.Dua metode termokimia eksperimen yang paling biasa disebut kalorimetri pembakaran dan kalorimetri reaksi.Dalam metode pertama, suatu unsur atau senyawa dibakar, biasanya dalam oksigen, dan energi atau kalor yang dibebaskan dalam reaksi itu diukur. Kalorimetri reaksi merujuk pada perubahan reaksi sesuai apa saja secara reaksi pembakaran. Metode terakhir ini lebih umum digunakan dengan senyawa anorganik dan larutan-larutannya.Seperti direaksikan untuk senyawa organik, kalorimetri pembakaran mencakup pemutusan lengkap kerangka karbon, bila senyawaan itu terbakar dalam oksigen. Metode pembakaran mempunyai penerapan yang sesuai dengan senyawa organik yang kurang reaktif terhadap reagensia selain oksigen dan yang mengahasilkan lebih dari satu produk organik dengan regensia lain. kalorimetri reaksi dapat digunakan dengan senyawa yang mudah bereaksi dengan cukup cepat pada endapan sedang tanpa pertukaran produk samping yang tak diinginkan.Banyaknya kalor yang dibebaskan atau diserap diperoleh dengan menaruh suatu intesitas yang ditimbang dari pereaksi-pereaksi dalam wadah, membiarkan reaksi bergabung, dan kemudian mencatat perubahan temperatur dalam air disekitarnya. Dari beberapa bahan-bahan yang (e.g: reaksi, kalorimeter), perubahan temperaturnya, kapisitas panas mereka, maka banyaknya perubahan kalor selama reaksi dapat dihitung, (Keenan, 1984).
Untuk menganalisis perubahan energi yang berkaitan dengan reaksi kimia kita pertama-tama harus mendefinisikan sistem atau bagian tertentu dari alam yang menjadi perhatian kita. Untuk kimiawan, sistem biasanya menyangkut zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia dan fisika. Sisa alam diluar sistem disebut lingkungan.Terdapat tiga jenis sistem. Sistem terbuka (open system) dapat mempertukarkan massa dan energi (biasanya dalam bentuk kalor) dengan lingkungannya. Sebagai contoh, sistem terbuka dapat terdiri dari sejumlah airdalam wadah terbuka. Jika kita tutup botol tersebut sedemikian rupa sehngga tidak ada uap air yang dapat lepas dari atau mengembun ke wadah maka kita menciptakan sistem tertutup (closed system) yang memungkinkan perpindahan energi (kalor) tetapi bukan massanya. Dengan menempatkan air dalam wadah yang disekat seluruhnya, maka kita membuat sistem terisolasi (isolated system) yang tidak memungkinkan perpindahan massa maupun energi.
Pembakaran gas asetilena (C2H2) dalam oksigen adalah salah satu dari banyak reaksi kimia yang sudah dikenal yang melepaskan energi yang cukup besar.
2C2H2(g) + 5O2 (g) 4CO2(g) + 2H2O(l) + energi
Pada kasus ini kita menyebut campuran reaksi (asetilena, oksigen, karbon dioksida, dan air) sebagai sistem dan alam sisanya sebagai lingkungan. Karena energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan ( hukum termodinamika), setiap energi yang hilang dari sistem harus diterima oleh lingkungannya. Jadi kalor yang dihasilkan oleh proses pembakaran dipindahkan dari sistem ke lingkungannya. Setiap proses yang melepaskan kalor ( yaitu perpindahan energi termal ke lingkungan ) disebut proses eksotermik (exothermic process) ( ekso adalah awalan yang berarti keluar).Sekarang perhatikan reaksi lain, penguraian merkuri (II) oksida (HgO) pada suhu tinggi:
Energi + 2HgO(s) 2Hg(l) + O2(g)
Ini merupakan contoh proses endotermik (endothermic process) (endo adalah awalanyang berarti kedalam), dimana kalor harus disalurkan ke sistem.Kita dapat menyimpulkan bahwa dalam reaksi eksotermik energi total produk lebih kecil dari pada energi total reaktan. Perbedaan dalam energi tersebut adalah kalor yang disalurkan oleh sistem kelingkungan. Yang sebaliknya terjadi pada reaksi endotermik. Disini, perbedaan antara energi produk dan reaktan sama dengan kalor yang disalurkan ke sistem oleh lingkungan, (Chang, 2004).
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan energi), semuanya dalam bentuk kalor. Penting bagi kita untu memahami perbedaan antara energi termal dan kalor. Kalor (heat) adalah perpindahan energi termal antara dua benda yang suhunya berbeda. Kita sering mengatakn “aliran kalor” dari benda panas ke benda dingin. Walaupun kalor itu sendiri mengandung arti perpindahan energi, kita biasanya menyebut “kalor serap” atau “kalor dibebaskan” ketika menggambarkan perubahan energi yang terjadi selama proses tersebut. Ilmu yang mempelajari perubahan kalor yang mnyertai reaksi kimia disebut termokimia, (Chang, 2004).
Kapasitas kalor suatu zat bergantung pada kondisinya, misalnya sistem itu terpaksa mempunyai volume tetap dan tidak dapat melakukan kerja. Jenis apapun kalor yang diperlukan agar mengubah temperatur dT adalah  dq V = Cv dT, dengan Cv sebagai kapasitas kalor pada volume tetap. Walaupun demikian, karena  du = dqv  dapat dituliskan  dv = Cv dT  pada volume tetap dan menyatakan  Cv = du/dT  dengan volume tetap. Jika suatu variabel atau lebih dijaga agar tetap selama perubahan variabel yang lain maka turunan disebut “turunan parsial” terhadap variabel yang berubah. Notasi d digantikan dengan  dalam variabel yang dibuat tetap ditambahkan subskrip, (Atkins, 1994).
b.    Kapasitas kalor pada tekanan tetap
Kalor yang diperlukan agar menghasilkan perubahan temperatur yang sama adalah  dq D =  Cp dT  dengan Cp menyatakan kapasitas kalor pada tekanan tetap. Dalam hal ini, sistem mengubah volumenya sebagai energi yang diberikan sebagai kalor dapat ditambahkan ke lingkungan sebagai kerja dan tidak khusus digunakan untuk menaikkan temperatur sistem. Oleh karena itu, secara umum Cv berbeda dengan Cp karena   dqp = dH, (Atkins, 1994)
B. Hukum Hess
Penerapan hukum pertama disebut hukum Hess : “Entalpi reaksi secara keseluruhan adalah jumlah entalpi reaksi dari reaksi-reaksi individual yang merupakan bagian dari suatu reaksi.” Suatu reaksi kimia yang diinginkan dapat ditulis sebagai rangkaian dari banyak reaksi kimia. Jika seseorang mengetahui panas reaksi dari masing-masing tahap di atas, maka panas reaksi yang diinginkan dapat dihitung dengan menambahkan atau mengurangi panas reaksi dari masing-masing tahap. Prinsip ini dimana panas reaksi ditambahkan atau dikurangi secara aljabar, disebut hukum Hess mengenai penjumlahan panas konstan, (Atkins, 1994).
Ada beberapa entalpi atau panas yang berkaitan dengan proses di dalam larutan. Definisi dari panas ini juga sebagai dasar pada perubahan entalpi ketika satu mol zat yang mengalami proses.
Entalpi larutan adalah perubahan entalpi yang menyertai pelarutan satu mol zat dalam jumlah tertentu pelarut. Harga entalpi ini berubah dengan perubahan jumlah pelarut, oleh karena itu kosentrasinya harus dikondisikan. Sebagai contoh :
HCl(g) + 100H2O(l) HCl(100H2O(l)) ∆H = – 166 kJ
Entalpi penetralan adalah perubahan entalpi ketika satu mol suatu asam atau basa yang beraksi dengan asam atau basa dengan jumlah yang ekuivalen untuk menghasilkan garam dan air. Asam kuat dan basa kuat, beraksi membentuk garam yang dapat larut dan terionisasi sempurna. Panas yang dilepaskan per mol dari pembentukkan air pada reaksi asam dan basa tersebut selalu sama. Dengan demikian untuk menuliskan reaksi penetralan biasa ditulis dalam bentuk reaksi pembentukkan dari ion-ionnya.
H+ (aq) + OH-(aq)H2O(l) ∆H = – 55,8 kJ
Ketika netralisasi yang melibatkan asam lemah atau basa lemah, perubahan energi akan melibatkan sumbangan dari disosiasi molekul.
Entalpi ionisasi adalah perubahan entalpi ketika satu mol dari suatu senyawa di dalam larutan terdisosiasi menjadi ion-ionnya. Misalnya :
CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+ (aq)
Perhitungan yang melibatkan panas raksi didasarkan pada tiga prinsip yang fundamental.
Jumlah panas yang dihasilkan adalah berbanding lurus terhadap jumlah material yang bereaksi.
Jumlh panas yang diperlukan oleh reaksi sebaliknya adalah sama dengan jumlah panas yang dilepaskan ketika reaksi sebelum dibalik (dengan tanda yang berlawanan). Karena entalpi adalah fungsi keadaan, maka total perubahan panas harus sama dengan nol dalam reaksi siklus.
Jika diberikan perubahan kimia yang melibatkan reaksi tersebut dijadikan satu tahap adalah sama dengan jumlah reaksi dari beberapa tahap. Peristiwa ini disebut dengan Hukum Hess (ditemukan oleh Hess tahun 1840). Karena entalpi merupakan fungsi keadaan, harga ∆H untuk perubahan tidak tergantung pada jalannya reaksi.
Manfaat dari ketiga prinsip ini adalah bahwa panas reaksi mungkin dapat diperhitungkan untuk reaksi yang sulit , berbahaya atau tidaknya untuk dilakukan di laboratorium.Kebanyakan reaksi kimia dikierjakn pada tekanan tetap, maka pada perhitungan ini hanya doiperhatikan entalpi reaksi DH.
Hukum Hess digunakan untuk menghitung reaksi yang tidak dapat dilakukan dengan eksperimen, misalnya reaksi :
C (s) + O2(g) CO(g)
C (s) + 2 H2 + O2 (g) CH3COOH (l)
Menurut Hess entalpi reaksi hanya bergantung pada keadaan awl dan akhir, tidak bergantung pada jalannya reaksi.
CO (s) + O2(g) CO2
∆H2
∆H1 ∆H3
C (s) + O2(g)
Berdasarkan arah panah :∆H3 = ∆H1 + ∆H2
Perubahan entalpi dipengaruhi oleh temperatur, kosentrasi atau keadaan sifat fisik dari raktan. Entalpi pembentukkan molar standar dari suatu zat adalah perubahan entalpi reaksi dimana satu mol zat tersebut dihasilkan dari unsur-unsurnya, dimana kondisi pengukuran produk dan reaktan dilakukan pada kondisi standar.Keadaan stanadar dari suatu zat adalah keadaan sifat fisik yaitu distabilkan pada tekanan 1 atm, ditandai dengan derajat superskrip (H°). Temperatur dikondisikan pada 298,15 K.Dimana jumlah, H adalah entalpi aktual dari zat dan n adalah jumlah mol zat. Untuk reaksi pembentukkan produk dan reaktan pada kondisi standar. Kita dapat menghitung harga entalpi relatif terhadap batasan referensi untuk setiap senyawanya. Referensi menetapkan bahwa entalpi unsur pada keadaan standar pada 298,15 K sama dengan nol. Persamaan menjadi :
∆H°f = H° (senyawa), (Rusman, 2009).




BAB III. METODOLOGI
3.1 AlatdanBahan
Alat yang digunakan : Bahan yang digunakan :
1. Kalorimeter 1. NaOH/ kapur
2. Gelas ukur 2. NH4OH
3. Termometer 3. Aquades
4. Pemanas Air/kompor
5. Stop watch
6. Batang pengaduk
7. Gelas piala

3.2 Cara Kerja
A. Menentukan Tetap Kalori
Mengambil 40 mL aquades dengan gelas ukur.
Menuangkan kedalam calorimeter.
Menutup kalorimeter yang sudah dilengkapi dengan thermometer dan alat pengaduk. Catat suhu (Td).
Mengambil lagi 40 mL aquades dengan gelas ukur.
Menuangkan kedalam gelas piala kering dan memanaskan sampai suhu 60- 70°C.
Mengukur suhu panas dengan tepat (Tp) dengan termometer.
Dengan hati-hati dan cepat, memindahkan cairan no 6 kedalam calorimeter (no 3) dan menutup kembali. Catat suhu setiap 30 detik sambil diaduk.
Suhu larutan akan mencapai suhu maksimum, lalu perlahan-lahan menurun. Bila mulai menurun catatlah suhu setiap 1 menit sampai tidak ada lagi perubahan suhu.
B. Menentukan ∆H
Untuk melakukan percobaan ini anda dapa tmenggunakan NaOH dan NH4NO3/urea.
Mengeringkan calorimeter.
Mengambil 35 mL aquades dengan gelas ukur dan memasukkan kedalam calorimeter,mengukur suhu dengan thermometer, catat (suhu awal).
Menimbang 5 gram NaOH/kapuratau NH4OH3/urea lalu memasukkan kedalam calorimeter sambil diaduk,catat perubahan suhu setiap 30 detik sampai tidak ada perubahan suhu lagi (suhu tertinggi atau terendah = suhu akhir).
Mengulangi percobaan ini dengan bahan yang lain.
Menghitung kalor pelarut untuk +- 5 gram dan untuk 1 molzat.









BAB IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
A. Penentuan Tetapan Kalorimeter
PENGAMATAN ULANGAN RATA-RATA
I II
Suhu aquades panas °C 65°C 60°C 62,5°C
Suhu aquades dingin °C 29°C 31°C 30°C
Suhu campuran °C 42°C 39°C 40,5°C

B. Pengamatan Pelarutan NaOH
Waktu (detik) Suhu (°C) Waktu (menit) Suhu (°C)
30 detik 43°C 3,5 menit 93°C
1 menit 50°C 4 menit 96°C
1,5 menit 55°C
2 menit 57°C
2,5 menit 61°C
3 menit 70°C

4.2 Perhitungan
Tetapan kalorimeter
C mp (Tp-Tm) = C mp (Tm-Td) + W (Tm-Td)  
4,184 x 40 (62,5-40,5) = 4,184 x 40 (40,5-30) + W (40,5-30)
        3681,92  = 1757,28 + 10,5 W
W= (3681,92-1757,28) : 10,5
W = 183,29
W= 183,3 J/goC    
Pelarutan NaOH
                Qlepas = - Qterima
m c (TNaOH-Tc) = - m c (Tc-Tair)+w (Tc-Tair)
Untuk 0,5 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(43-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-265 c = -21762,84
C = 82,12 J/g.oC
b. Untuk 1 menit
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(50-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-230 c = -21762,84
C = 94,62 J/g.oC
c. Untuk 1,5 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(55-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-205 c = -21762,84
C = 106,16 J/g.oC
d. Untuk 2 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(57-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-195 c = -21762,84
C = 111,6 J/g.oC
e. Untuk 2,5 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(61-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-175 c = -21762,84
C = 124,3 J/g.oC
f. Untuk 3 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(70-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-130 c = -21762,84
C = 167,4 J/g.oC
g. Untuk 3,5 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(93-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
-15 c = -21762,84
C = 1450,8 J/g.oC
h. Untuk 4 menit :
m.c(TNaOH-Tc) = -m.c (Tc-Tair)+ w (Tc-Tair)
5.c(96-96) = -35.4,184(96-30)+183,3(96-30)
- 0 c = -21762,84
       = 0

Kalor larutan untuk 1 mol zat :
Mr NaOH = 44
∆H NaOH = Q NaOH x (Mr NaOH)/(gram NaOH)
                  = -21762,84 x 40/5
                  = (-21762,84)/8
           ∆H = -2720, 355 J








BAB V. PEMBAHASAN

 Termokimia adalah bagian dari termodinamika yang mempelajari tentang perubahan-perubahan panas yang mengikuti suatu reaksi kimia. Termokimia merupakan cabang kimia yang berhubungan dengan hubungan timbal balik panas dengan reaksi kimia. Secara umum, termokimia ialah penerapan termodinamika untuk kimia yang merupakan sinonim dari termodinamika kimia.Tujuan  termokimia adalah untuk mengukur kalor reaksi, menghitung kalor pelarut dan mengumpulkan dan menganalisa data termokimia. Dengan cara ini, termokimia digunakan untuk memperkirakan perubahan energi pada reaksi kimia, perubahan fase dan pembentukan larutan.
Langkah awal percobaan yakni kita akan menetukan ketetapan calorimeter. Mengambil air sebanyak 40 mL lalu menuangkan kedalam kaolrimeter. Mengambil lagi air sebanyak 40 mL kemudian dipanaskan menggunakan pemanas atau kompor, sampai suhu 60°-70°C.Campurkan air yang dipanaskan tersebut dengan air yang didalam kalorimeter catat berapa suhu campuran kedua cairan tersebut. Setelah mendapatkan suhu campuran, diaduk-aduk dan setiap 30 detik hitung berapa suhunya, lakukan perhitungan ini sampai suhu campuran  ini konstan atau tidak mengalami penurunan suhu lagi.
Pada praktikum penentuan ketetapan calorimeter yang dilakukan dua kali pengulangan dan didapatkan hasil. Untuk percobaan pertama suhu awal aquades 29° C suhu setelah di panaskan menggunakan kompor atau pemanas naik menjadi 65° C. Suhu campuran ketika kedua cairan tersebut disatukan dengan suhu yang berbeda ternyata terjadi perubahan suhu sebesar 42° C. Suhu awal air mengalami peningkatan dari suhu rendah menjadi suhu tinggi, sedangkan suhu aquades mengalami penurunan dari suhu 65° menjadi 42°. Ini menandakan bahwa zat cair tersebut mengalami kalor yang mana kalor itu adalah perpindahan suhu sebagai akibat dari perbedaan suhu, sehingga membuat suhu awala quads meningkat sebagai akibat dari menerima panas dari kalor aquades yang dipanaskan begitu pula sebaliknya suhu aquades mengalami penurunan sebagai akibat dari suhu aquades lebih rendah dari suhu yang dipanaskan. Ternyata kedua zat cair yang mempunyai suhu yang berbeda apa bila dicampurkan menjadi satu maka zat cair tersebut akan mengalami persamaan sahu yang satu zat mengalami peningkatan sedangkan yang satu zat lagi mengalami penurunan suhu.

















BAB VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kalor reaksi dapat diukur dengan menggunkan alat yang sederhana yakni kalorimeter denganr umus sebgai berikut :
Q lepas = Q terima
m1.c1(t1-ta) = m2.c2(ta-t2)
Untuk mengukur kalor pelarut kita dapat menggunakan rumus sebagai berikut
Q x + Q air = 0
Q x = - Qair
Q x = -(m aquades x C aquades x ∆t) + (W x ∆t)
Sehingga untuk pelarut 1 mol :
∆H x = Qx x mr/gram
Setelah data percobaan dianalisa ternyata untuk hasil tetapan kalorimeter suhu air pada saat dicampur suhu campuran tersebut akan menurun, sedangkan untuk pengamatan NaOH ini suhunya mengalami penaikan mengapa demikian karena NaOH ini bersifat panas sehingga suhunya akan meningkat. Untuk data tetapan kalorimeter didapatkan data rata-rat : 62,5°C, 30°C, 40,5°C. Sedangkan untuk pengamatan larutan NaOH didapatkan data 43°C, 50°C, 55°C, 57°C, 61°C, 70°C,93°C, 96°C.
Dari analisa data tersebut, didapatkan hasil :
W = 183,3 J/goC,  QNaOH = -21762,84 J/goC, dan ∆HNaOH = -2720,355 J.





6.2 Saran
Kepada seluruh praktikan hendaknya melakukan praktikum dengan tertib agar mendapatkan hasil yang benar dan tepat.
Kepada praktikan agar berhati-hati dalam memasukan atau mencampurkan suatu zat usahakan jangan sampai ada yang mengenai kulit karena suhu zat cair yang kita panaskan dapat menyebabkan kulit kita sakit.
Sebaikya praktikan datang pada tepat waktu agar dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin.














BAB VII. JAWABAN DAN PERTANYAAN

Untuk melarutkan NaOH dalam prosedur kerja menentukan ∆H jika seandainya kalor yang diterima calorimeter adalah nol?
Apa pengaruh terhadap ∆H pelarut, bila aquadses diganti dengan pelarut lain seperti HCL?
Simpulkan harga ∆H pelarut NaOH bila jumlah NaOH ditambah atau dikurangi dari 5 gram?

Diketahui : m aquades = 40 gram, C aquades =4,184 J/g.0C, ∆t = (930C-240C = 690C),
 W = 183,3 J/g.0C, gram NaOH = 5 gram dan Mr NaOH = 40 g/mol
Q kalorimeter = 0  → Q NaOH+ Qaquades= 0
Q NaOH  = - ( maquades x Caquades x ∆t ) + ( W x ∆t )
            = - ( 40 gram  x ( 4,184 J/g.0C x 690C ) + (183,3 J/g.0C x 690C)
            = - 11547,84 + 12627
                =  1079,16joule
     ∆HNaOH =QNaOH x (Mr NaOH)/(gram NaOH)
= 1079,16 joule x (40 )/(5 )      
                = 8633,28 J.
Apabila aquades diganti dengan pelarut yang lain, maka akan terjadi perubahan terhadap nilai∆H, misalnya apabila diganti dengan HCl, maka pada termometer tidak akan terjadi penurunansuhu, karena massa jenis HCl lebih besar dan merupakan larutan yang dan akan diperlukan waktu yang relative lebih lama untuk mencapai perubahan / penurunan suhu, sehingga akan menyebabakan nilai ∆H akan semakin kecil.  
Misal ditambah 1 gram
∆HNaOH =QNaOH x (Mr NaOH)/(gram NaOH)
= 1079,16 joule x (40 )/(5+1 )      
             = 7194,4 J.    
Misal dikurangi 1 gram
∆HNaOH =QNaOH x (Mr NaOH)/(gram NaOH)
= 1079,16 joule x (40 )/(5-1)      
            = 10791,6 J.
Jadi, apabila jumlah pelarut NaOH ditambah maka∆H pelarutan NaOh akan semakin kecil, dan berlaku sebaliknya, apabila jumlah pelarut NaOH dikurangi maka ∆H pelarutan NaOH akan menjadi semakin besar. Hal ini disebabakan bahwa ∆H pelarutan berbanding terbalik dengan massa pelarutnya.





BAB VIII. DAFTAR PUSTAKA

 Atkins, PW. 1994. Kimia Fisik II. Jakarta: Erlangga.
Chang, R. 1995. Chemistry. USA : Random House.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
http://hikma.polban.wordpress.com/kimia-anorganik/bab-termokimia.html.m=1
Keenan, A.Pujaatmaja, Hadyana. 1992.Kimia Untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Rusman. 2009. Kimia Fisika.  Banda Aceh : Syiah Kuala University Press.


laporan kimia

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang
                 Pengenalan alat-alat laboratorium sangat penting dilakukan sebelum praktikan melakukan praktikum yang banyak berhubungan dengan alat-alat laboratorium. Di dalam laboratorium terdapat begitu banyak alat, yang mana paraktikan harus mengetahui nama dan fungsi alat tersebut, agar praktikan dapat menggunakan alat tersebut dengan baik dan benar, untuk menghidari keslahan-kesalahan dalam melakukan praktikum. Selain itu juga praktikan harus mengetahui cara menggunakan alat-alat laboratorium dengan langkah-langkah atau prosedur yang tapat dan berurutan agar mendapatkan hasil praktikum yang tepat dan benar.
                 Praktikan juga harus mengetahui dari mana asal alat tersebut dibuat dengan menggunakan bahan apa, serta bagaimana persyaratan alat tersebut bisa digunakan. Terkadang kita acuh atau tidak mau tau alat itu terbuat dari bahan apa sehingga kita menggunakannya dengan cara sembrono atau dengan cara yang kasar sehingga dapat menyebabkan alat-alat laboratorium rusak. Contoh gelas piala yakni berfungsi untuk membuat larutan, mencampur larutan, menyimpan larutan, yang mana alat ini terbuat dari bahan kaca. Jika kita menggunakannya dengan cara sembrono atau sembarangan alat ini akan rusak ataupun bisa sampai alat ini menjadi pecah, jika sudah pecah alat ini tidak bisa untuk diperbaiki seperti sebelumnya.Contoh yang kedua yakni timbangan analitik yang fungsi dari alat ini yaitu untuk mengukur atau menimbang suatu zat dengan ketelitian yang sangat tinggi. Alat ini terbuat dari peralatan non gelas sehingga alat ini tidak mudah pecah walaupun terjatuh tapi kemungkinan akan berpengaruh pada ketelitiannya menimnbang akan berkurang tentu saja hal ini akan menyebabkan hasil penelitian penimbangan kita tidak lagi tepat atau teliti.
                 Setelah pengenalan alat-alat laboratorium, praktikan juga bisa mengenala bahan kimia di loboratorium.bahan kimia di dalam loboratorium sangat banyak, juga bahan kimia  ini dapat menyebabkan resiko yang serius, untuk menghindari masalah-masalah dari bahan kimia hendaknya kita harus berhati-hati. Lambang bahaya akan bahan kimia kita juga harus mengetahuinya juga agar tidak terjadi kecelakaan dalam kerja praktikum. Biasanya lambing-lambang bahan kimia ini terdapat pada label wadah zat tersebut
                 Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pengenalan alat-alat loboratotium ini sangat penting di lakukan oleh prktikan untuk dapat menggunakan alat dengan tepat serta menghindari resiko dari kesalahan dalam praktikum, dengan meminimalisir kesalahan tentunya juga membatu kita untuk mendapatkan hasil praktikum yang tidak mengecewakan.

1.2 Tujuan Percobaan
Dalam praktikum pengenalan alat-alat laboratorium ini mempunyai tujuan diantaranya adalah:
1.      Mahasiswa mengetahui nama dan fungsi alat-alat laboratorium
2.      Mahasiswa mengetahui jenis, sifat dan fungsi zat kimia
3.      Mahasiswa mengetahui cara penggunaan beberapa alat-alat laboratorium






















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Praktikum di laboratorium merupakan sarana yang efektif untuk melatih dan mengembangkan aspek kongrutif dan psikomotorik mahasiswa, serta wajib bekerja sama antar mahasiswa. Melalui praktikum di laboratorium sangat membantu mahasiswa dalam memahami teori yang diperoleh dalam perkuliahan.Laboratorium merupakan tempat yang memiliki bermacam-macam alat yang digunakan untuk penelitian, dari yang sederhana sampai kepada alat yang cukup besar. Alat-alat di laboratorium ada yang terbuat dari kaca, plastik, karet, kuarsa,platina, logam, dan lain-lain. Alat tersebut ada yang berfungsi sebagai wadah, alat bantu, dan lain-lain.Dalam praktikum di laboratorium, kebersihan adalah salah satu hal yang penting.Dimana, data yang dihasilkan menjadi tidak akurat, jika percobaan dilakukan di tempat yang terkontaminasi.Selain itu, dalam hal kerapian juga hendaknya mencakup pemeliharaan perabot-perabot laboratorium, (Novia Eka Saputri, 2012).
Eksperimen dan praktek laboratorium merupakan bagian dari pengajaran sains ini.Bekerja di laboratorium sains adalah suatu hal yang melibatkan benda nyata dan juga mengamati perubahan yang diamati.Ketika sains bergerak melampaui dunia pengalaman menuju generalisasi yang lebih abstrak yang memungkinkan penjelasan dan peramalan, pengalaman secara dekat adalah titik awal untuk generalisasi ilmiah dan pembuatan teori.Sehingga praktik laboratorium dan eksperimen merupakan bagian yang esensial dalam pengajaran sains sebagai produk ini, (Wahyudi, 2011).
Metode ilmiah lebih dari hanya sekedar pernyataan resmi dan langkah-langkah yang selalu kita lakukan untuk memecahkan masalah secara logis.Perhatikan misalnya, bagaimana montir mobil berusaha memperbaiki mobil yang tidak mau hidup mesinnya bila distater. Mula-mula, penyebab yang jelas dari masalah ini akan dilokalisir dengan cara mengamati hasil dari satu atau beberapa percobaan. Selanjutnya bagian/alat yang diperkirakan penyebabnya diganti atau dibetulkan dan kemudian di coba lagi menghidupkan mesin mobil tersebut.Bila montir tersebut tepat memperkirakan penyebab masalah tersebut, mka perkerjaan ini selesai.Jika tidak, maka dilakukan percobaan lainnya, kemudian mengganti dan membetulkannya lagi sampai akhirnya mobil tersebut dapat berjalan kembali, (Braddy, 1995: 2).
Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih.Alat kaca yang bisa dimasuki sikat seperti beker dan erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun, deterjen sintetik atau pembersih sintetik lainnya.Pipet, buret, tabung reaksi atau labu volumetrik mungkin memerlukan deterjen panas untuk bisa benar-benar bersih dan hilang atau hilang semua bekas kotoran yang menempel.Jika permukaan kaca belum membuang airnya secara keseluruhan, perlu digunakan larutan pembersih yang sifat oksidasinya kuat sehingga dapat memastikan kebersihan kaca secara keseluruhan. Setelah dibersihkan, alat itu dibilas dengan air kran, kemudian dengan sedikit air suling dan biarkan mengering sendiri tanpa di lap, (Underwood, 1991: 578).
Dalam praktikum analis yang baik biasanya cermat dalam hal kerapian.Kerapian hendaknya mencakup juga pemeliharaan perabot-perabot laboratorium yang permanen seperti oven, lemari asam dan bak meja.Bahkan korosif yang tumpah harus segera dibersihkan dari peralatan, bangku ataupun lantai.Penting bahwa saluran pembuangan di sterilkan dengan mengguyur asam dan basa dengan banyak air, (Underwood, 1991: 1).
Maksud penyaringan adalah untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan kelebihan reagensia.Umumnya digunakan kertas saring yang tekstur kehalusannya sedang.Tepi kertas saring hendaknya 1 cm dari bagian tepi atas corong, (Vogel, 1994: 72).
Pengajaran metode sains melalui metode praktik laboratorium dapat berperan sebagai :
1. Untuk memberikan realitas yang lebih nyata dan tiga dimensi daripada sekedar  penjelasantertulis.
2. Persamaan matematik atau diagram seperti yang ada di buku teks
3. Untuk memberkan bayangan realitas yang memang butuh penjelasan untuk melath penggunaan alat-alat laboratorium beserta teknik-teknik penggunaannya.
4. Untuk menguji atau mengkonfirmasi perkiraan-perkiraan teori-teori ilmiah.
Oleh karena itu pengajaran sains buku teks memerlukan berbagai pendekatan praktek yang beragam dan cocok dalam pemakaian metode praktek laboratorium. Karena sebelum memulai melakukan praktik di laboratorium, praktikan harus mengenal dan memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia serta menerapkan dilaboratorium. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang akan digunakan dalam praktikum, (Laboratorium Kimia SMA YPPI, 2011).


1.Labu Takar
Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses reparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.
2. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair.Alat ini mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran.Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas.Perhatikan miniskus pada saat pembacaan skala.
3. Gelas Beker
Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukupbesar).Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia.Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
4.Pengaduk Gelas
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan.
5. Botol Pencuci
Bahan terbuat dari plastik.Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.
6. Corong
Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik. Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
7. Erlenmeyer
Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut (ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan.


8. Tabung Reaksi
Terbuat dari gelas.Dapat dipanaskan.Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia dalam jumlah sedikit.
9. Rak Untuk tempat Tabung Reaksi
Rak terbuat dari kayu atau logam.Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.
10. Kawat Kasa
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas dengan alat pemanas/kompor listrik.
11. Penjepit
Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisipanas.
12. Spatula
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat bantu mengambil bahan padat atau kristal.
13. Kertas Lakmus
Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Fenolftalein (PP), Metil Jingga (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan.
14. Gelas Arloji
Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.
15. Cawan Porselein
Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan.


16. Pipet Tetes
Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil.
17. Sikat
Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.
18. Pipet Ukur
Adalah alat yang terbuat dari gelas.Pipet ini memiliki skala.Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut.
19. Pipet Gondok
Pipet digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan.
20. Buret
Terbuat dari gelas.Digunakan untuk melakukan titrasi.Zat yang digunakan untuk menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran.Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.










BAB III. METODOLOGI


3.1 Alat dan Bahan
      Alat-alat yang diperkenalkan :
1. Gelas piala                               20. Rak tabung reaksi
2. Erlemeyer                                21. Penjepit tabung reaksi
3. Labu ukur                                 22. Statif dan klem
4. Petridish                                  23. Sikat tabung reaksi
5. Gelas ukur                               24. Segitiga
6. Kaca arloji                               25. Bola hisap
7. Tabung reaksi                          26. Lampu sepritus
8. Cawan penguap                       27. Bunsen
9. Mortal                                     28. Kaki tiga
10. Krush                                      29. Botol semprot
11. Pipet tetes                             30. Kawat kasa
12. Pipet volume                         31. Klem utilitas
13. Pipet gondok                          32. Oven
14. Batang pengaduk                  33. Tanur
15. Sudip                                      34. Hot plate
16. Corong pisah                         35. Timbangan analitis
17. Desikator
18. Buret dan Corong
3.2 Cara Kerja
·         Menyiapakan alat tulis, untuk mencatat fungsi dari alat-alat laboratorium
·         Memperhatiakn asisten dosen yang menjelaskan berbagai jenis alat-alat laboratorium
·         Mengetahui fungsi dari alat-alat tersebut



















BAB IV. HASIL PENGAMATAN


4.1 Hasil Pengamatan
No
Nama dan Gambar Alat
Fungsi
1.
Gelas Piala





Membuat larutan, mencampur larutan dan menyimpan larutan dalam catatan tidak untuk selamanya hanya bersifat sementara.
2.
Erlemeyer





Terdapat beberapa jenis volume yakni 250 ml, 500 ml, dan 1 liter. Mengukur larutan, sebagai tempat untuk mereaksikan larutan, dan sebagai tempat menyimpan larutan.
3.
Labu Ukur





Terdapat beberapa jenis labu ukur yakni 250 ml, 500 ml dan 1 liter. Membuat larutan, dan menyimpan larutan bisa juga menyimpan secara permanen.
4.
Petridish





Untuk menyimpan bahan
Sebagai tempat pertumbuhan mikroba
5.
Gelas Ukur





Untuk mengukur volume larutan
6.
Kaca Arloji





Wadah untuk menimbang zat kimia pada timbangan analitik
7.
Tabung Reaksi





Untuk mereaksikan dua zat dalam jumlah yang sedikit
8.
Cawan Penguap





Sebagai media untuk mengerikan suatu bahan dalam oven dan desikator
9.
Mortal





Sebagai penghancur, untuk menghaluskan zat padat atau kristal
10.
Krush





Sebagai wadah untuk menggabungkan suatu zat
Terbuat dari porslen dan bersifat iner
Untuk memeanaskan logam
11.
Pipet Tetes





Untuk mengambil zat dalam volume kecil
12.
Pipet Volume





Untuk mengambil zat atau larutan dalam ukuran tertentu dengan maksimal bervolume 5 ml
13.
Pipet Gondok





Volume 25 ml
Untuk mengukur volume dengan ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pipit volume
14.
Batang Pengaduk




Untuk mengaduk campuran atau larutan
15.
Sudip





Untuk mengambil bahan kimia dalam bentuk padat misalkan garam
Untuk mengambil zat-zat yang tidak bereaksi dengan logam, untuk zat yang bereaksi dengan logam menggunakan spatula plastik
16.
Corong Pisah





Untuk memisahkan dua larutan yang tidak bercampur karena adanya perbedaan massa jenis
Biasa digunakan pada proses ekstraksi
17.
Desikator





Yang dibawah adalah slikagel
Menyimpan bahan yang harus bebas dari air dan untuk membersihkan atau mengeringkan zat-zat dari air
18.
Buret





Untuk alat titrasi dan mengukur titrasi yang keluar
Untuk mengukur volume titran yang digunakan pada proses titrasi
19.
Corong





Untuk memindahkan zat
Untuk wadah penyaringn

20.
Rak Tabung Reaksi





Wadah untuk tabung reaksi
21.
Penjepit Tabung Reaksi





Untuk menjepit dan menyangkutkan tabung reaksi dalam keadaan panas
22.
Statf dan Klaim



Tempat menjepit dan mendirikan buret dalam proses titrasi
23.
Sikat Tabung Reaksi





Untuk membersihkan bagian dalam tabung reaksi
24.
Segitiga





Untuk menahan gelas piala dengan tungku
25.
Bola Hisap





Penghisap larutan pada pipet volume
26.
Lampu Sepritus





Sebagai pemanas dengan menggunakan spritus
27.
Bunsen





Hampir sama dengan lampu sepritus
Bisa digunakan untuk sterilisasi dalam suatu proses
28.
Kaki Tiga





Sebagai tungku menahan segi tiga atau kawat kasa
29.
Botol Semprot





Sebagai wadah aquades
Sebagai pemindah aquades pada suatu wadah
30.
Kawat Kasa



Untuk menahan gelas piala pada tungku
31.
Klem Utilitas





Sebagai penjepit gelas seperti gelas erlemeyer, gelas kimia dll.
32.
Oven





Untuk memanaskan zat dengan suhu o drajat samapai dengan 100 drajat
Mengeringkan bahan yang dalam keadaan basa
33.
Tanur





Untuk menentukan kadar abu dan memiliki ketebalan pintu yang tebal dengan suhu 100 drajat sampai dengan 500 drajat selsius
34.
Hot Plate





Sebagai pemanas zat ataupun larutan
35.
Timbangan Analitis





Untuk mengukur atau menimbang suatu zat dengan ketelitian yang sangat tinggi



BAB V. PEMBAHASAN


                        Adapun hasil dari pengamatan praktikum pada tanggal 24-10-2013 adalah dari pengenalan alat-alat laboratorium praktikan dapat menggunakan alat laboratorium dengan prosedur yang sistematis serta mengetahui apa saja fungsi dari alat-alat tersebut. Dari praktikum ini sudah sangat banyal alat-alat yang sudah dikenalkan mungkin lebih banyak lagi alat-alat praktikum yang dapat kita ketahui.
                        Didalam laboratorium ada dua jenis peralatan yakni peralatan yang terbuat dari gelas dan peralatan yang terbuat dari nongelas.Kedua jenis ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.Hampir semua peralatan eksperimen dengan bahan kimia dilakukan dengan menggunakan peralatan gelas.Gelas memiliki banyak keuntungan dalam eksperimen kimia.Gelas tidak hanya bersifat non reaktif tetapi dapat menyajikan pengamatan visual selama reaksi berlangsung.Tetapi gelas dapat dengan mudah mengalami pecah hal ini tentunya dapat menyebabkan kecelakaan dalam praktikum baik itu luka terpotong maupun luka goresan. Peralatan nongelas, selain peralatan terbuat dari gelas ada juga namanya peralatan non gelas alat-alat tersebut antara lain :
1.Tanur
2. Oven
3. Hot Plate
4. Timbangan analitis dan masi banyak lagi yang lainnya.
            Keselamatan kerja dalam laboratorium jug sangat penting. Jumlahnya yang begitu banyak mengharuskan kita untuk berhati-hati akan bahan kimia yang ada di laboratorium. Adapun lambing-lambang bahaya kimia adalah sebagai berikut :
Lambang E      : Bahan kimia dapat meledak
Lambang F      : Bahan kimia mudah terbakar
Lambang O     : Bahan kimia bersifat pengoksidasi
Lambang T      : Bahan kimia bersifat racun

BAB VI. PENUTUP


6.1 Kesimpulan
                 Ada banyak nama alat-alat laboratorium diantaranya : gelas ukur, pipet volume, pipet ukur, labu ukur buret dan masi banyak lagi yang lainnya. Setiap alat laboratorium mempunyai fungsinya masing-masing diantara nya gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume larutan, buret berfungsi untuk mengambil atau mengukur larutan dengan volume tertentu. Jenis alat-alat laboratorium yakni ada dua yang pertama peralatan gelas dan peralatan non gelas.Cara menggunakan neraca yang pertama kita harus mempersiapkan peralatannya, memeriksa terlebih dahulu neraca tersebut, setelah itu berulah kita memulai menimbang massa suatu zat atau benda.
           
6.2 Saran
1.      Antara praktiakan dank ko-ass hendak saling dapat berdiskusi tentang apa yang sedang di      praktikumkan.
2.      Saya harap semua praktikan dapat mengikuti praktikum dengan serius baik dan benar.
3.      Sebaiknya praktikan tidak ada yang terlambat.














BAB VII. JAWABAN dan PERTANYAAN


1.      Berikan beberapa contoh apa saja alat-alat laboratorium yang terbuat dari bahan gelas?
Jawab :
            (Gelas piala, erlemeyer, labu ukur, gelas ukur, tabung reaksi, kaca arloji)
2.      Berikan beberapa contoh apa saja alat-alat laboratorium yang terbuat dari bahan non gelas?
Jawab :
            (Timbangan analitis, oven, kawat kasa, tanur, hot plate dan klem utilitas)
3.      Apa fungsi dari alat Tanur?
Jawab :
(Untuk menentukan kadar abu, dan memiliki suhu yang sangat panas sampai 500°)
4.      Apa fungsi dari alat desikator?
Jawab:
(Menyimpan bahan yang harus bebas dari air, dan untuk membersihkan atau mengeringkan zat dari air)















BAB VII. DAFRAR PUSTAKA

http://braddy.blogspot.com/1995/alat-alat laboratorium
http://Novia Eka Saputri.wordpress.com/2012/fungsi alat-alat laboratorium
http://Underwood.blogspot.com/1991/1/pengenalan alat-alat laboratorium
http://Vogel.blogspot.com/1994/72/alat laboratorium
http://Wahyudi.blogspot.com/2011/alat-alat laboratorium
Silsia devi dkk. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Bengkulu : Universitas Bengkulu